Senin, 21 September 2009

Kasih Sayang Ibu Menurut Agama Budha





Di dalam Sonadanda Jataka, Bodhisatta menyanyikan kebajikan seorang ibu dalam sajak sebagai berikut :
“Dengan penuh kasih saying dia melindungi kita, membesarkan kita dengan susunya. Seorang ibu adalah jalan ke surga, dan engkaulah yang amat dikasihinya.
Ia mengasuh dan memelihara kita dengan penuh perhatian; dia karuniai dengan sifat-sifat mulia.


Seorang Ibu adalah jalan ke surga, dan engkaulah yang amat dikasihinya.
Karena mendambakan anak, dengan berlutut ia sembahyang di depan tiap cetiya.
Memperhatikan perubahan musim dan mempelajari ilmu perbintangan.
Akhirnya ia merasa keinginannya yang halus terwujud; ia hamil.
Dan segera bayi yang masih dalam kandungan itu mulai mengetahui kawan yang mencintainya.
Selama setahun atau kurang, ia menjaga hartanya dengan hati-hati.
Kemudian melahirkannya; dan sejak saat itu ia memakai sebutan ibu.
Dengan susu dan senandung ia menenangkan anak yang gelisah.
Dibungkus dalam kehangatan pelukan tangan ibu, segera kesusahannya lenyap.
Ia menjaga bayi yang belum tahu apa-apa ini dari gangguan angina dan panas.
Dengan membelai anaknya demikian, ibu dapat disebut sebagai kekasih perawatnya.
Barang apapun yang merupakan milik suami dan dirinya, ia simpankan untuk anaknya dengan harapan: ‘semoga’.
Ia berpikir, ‘Anakku saying, suatu saat semuanya akan menjadi milikmu.’
‘Hai anakku sayang, lakukan ini dan itu’ kata ibu yang khawatir.’
Dan setelah ia dewasa, sang ibu masih mengeluh dan bersedih hati.
Pada malam hari, dengan gegabah ia pergi mengganggu isteri orang lain.
Ibunya yang khawatir dan sedih bertanya dalam hati, ‘Mengapa selarut malam ini ia belum kembali?.’
Bila seseorang melupakan penderitaan ibunya yang telah mengasuh dirinya dengan penuh kekhawatiran.
Dan dengan menipu ibunya, aku katakana, apakah yang akan diperoleh selain daripada neraka?
Dikatakan, bahwa mereka yang sangat mencintai kekayaan, maka kekayaan mereka segera akan lenyap.
Demikian pula, seseorang yang melupakan ibunya akan segera menyesali akibat yang ditanggungnya.
Dikatakan, bahwa mereka yang sangat mencintai kekayaan, maka kekayaan mereka segera akan lenyap.
Demikian pula, seseorang yang melupakan ayahnya akan segera menyesali akibat yang ditanggungnya.
Hadiah, kata-kata lemah lembut, jasa-jasa baik serta penghormatan.
Yang diperlihatkan dengan batin tenang seimbang pada waktu dan tempat yang tepat.
Bagi dunia, sifat mulia ini adalah bagaikan paku as pada roda kereta.
Apabila tak ada sifat-sifat mulia ini, maka nama ibu akan terbawa oleh anaknya.”
Ibu adalah seperti Raja yang dimahkotai dengan penghormatan,
Para bijaksana memuji orang yang memiliki sifat-sifat mulia itu.
Demikianlah, orang tua adalah mutlak bagi semua pujian, memiliki kedudukan tinggi,
Oleh para bijaksana jaman dulu, orang tua disebut Brahma. Begitu agung mereka dijunjung.
Orang tua yang baik patutlah menerima semua penghormatan dari anaknya.
Ia yang bijaksana akan menghormati orang tuanya dengan pelayanan yang baik dan tulus.
Ia harus memberikan makanan dan minuman, tempat tinggal dan pakaian.
Memandikan, menggosok mereka dengan minyak, serta dengan patuh membasuh kakinya.
Pelayanan-pelayanan seperti itu amat dipuji oleh para bijaksana.
Sehingga dalam dunia ini dan setelah mati, pasti ia akan memperoleh kebahagiaan.”

(Jataka Translation, Vol. V.pp. 173-174)
Bahan :
Cermin Kehidupan (kumpulan tulisan Bhante Narada Mahathera)

DHAMMA STUDY GROUP, BOGOR
18 September 1988

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Untuk Umum Copyright © 2009 D'Black And Red by Ariboy90 Blogger Template